Selalu ada kenangan diantara kita !!!disaat-saat setelah kenangan seperti ini itu dan lain hal......
persahabatan yang takkan pernah terlupakan!!!
Apalagi ada seseorang yang itu-ituh bikin dag-dig dug!!!!
SAHABAT :
Dan jika berkata, berkatalah kepada aku tentang kebenaran persahabatan?
Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lapa dan mencarinya saat jiwa butuh kedamaian.Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “ya”.
Dan bilamana ia diam, hatimu tiada ‘kan henti mencoba merangkum bahasa hatinya; karena tanpa ungkapan kata, dalam rangkuman persahabatan, segala pikiran, hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuh, pun tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berduka cita; Karena yang paling kaukasihi dalam dirinya, mungkin lebih cemerlang dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.
Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan. Karena kasih yang masih menyisakan pamrih, di luar jangkauan misterinya, bukanlah kasih, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.
Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu hingga kau senantiasa mencarinya,
untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan.
Karena dalam titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menemukan fajar jati dan gairah segar kehidupan.
Kamis, 17 Maret 2011
sejarah awal teori pembentukan tata surya
Sebuah teori lahir dari keingintahuan akan suatu kejadian atau keadaan. Tidak mudah untuk mempercayai sebuah teori baru, apalagi jika teori tersebut lahir ditengah kondisi masyarakat yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Tapi itulah kenyataan yang harus dihadapi oleh para ilmuwan di awal-awal penemuan mereka.
Hal utama yang dihadapi untuk mengerti lebih jauh lagi tentang Tata Surya adalah bagaimana Tata Surya itu terbentuk, bagaimana objek-objek didalamnya bergerak dan berinteraksi serta gaya yang bekerja mengatur semua gerakan tersebut. Jauh sebelum Masehi, berbagai penelitian, pengamatan dan perhitungan telah dilakukan untuk mengetahui semua rahasia dibalik Tata Surya.
Pengamatan pertama kali dilakukan oleh bangsa China dan Asia Tengah, khususnya dalam pengaruhnya pada navigasi dan pertanian. Dari para pengamat Yunani ditemukan bahwa selain objek-objek yang terlihat tetap di langit, tampak juga objek-objek yang mengembara dan dinamakan planet. Orang-orang Yunani saat itu menyadari bahwa Matahari, Bumi, dan Planet merupakan bagian dari sistem yang berbeda. Awalnya mereka memperkirakan Bumi dan Matahari berbentuk pipih tapi Phytagoras (572-492 BC) menyatakan semua benda langit berbentuk bola (bundar).
Sampai dengan tahun 1960, perkembangan teori pembentukan Tata Surya bisa dibagi dalam dua kelompok besar yakni masa sebelum Newton dan masa sesudah Newton.
Permulaan Perhitungan Ilmiah
Perhitungan secara ilmiah pertama kali dilakukan oleh Aristachrus dari Samos (310-230 BC). Ia mencoba menghitung sudut Bulan-Bumi-Matahari dan mencari perbandingan jarak dari Bumi-Matahari, dan Bumi-Bulan. Aristachrus juga merupakan orang pertama yang menyimpulkan Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan berbentuk lingkaran yang menjadi titik awal teori Heliosentrik. Jadi bisa kita lihat kalau teori heliosentrik bukan teori yang baru muncul di masa Copernicus. Namun jauh sebelum itu, Aristrachrus sudah meletakkan dasar bagi teori heliosentris tersebut.
Perhitungan secara ilmiah pertama kali dilakukan oleh Aristachrus dari Samos (310-230 BC). Ia mencoba menghitung sudut Bulan-Bumi-Matahari dan mencari perbandingan jarak dari Bumi-Matahari, dan Bumi-Bulan. Aristachrus juga merupakan orang pertama yang menyimpulkan Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan berbentuk lingkaran yang menjadi titik awal teori Heliosentrik. Jadi bisa kita lihat kalau teori heliosentrik bukan teori yang baru muncul di masa Copernicus. Namun jauh sebelum itu, Aristrachrus sudah meletakkan dasar bagi teori heliosentris tersebut.
Pada era Alexandria, Eratoshenes (276-195BC) dari Yunani berhasil menemukan cara mengukur besar Bumi, dengan mengukur panjang bayangan dari kolom Alexandria dan Syene. Ia menyimpulkan, perbedaan lintang keduanya merupakan 1/50 dari keseluruhan revolusi. Hasil perhitungannya memberi perbedaan sebesar 13% dari hasil yang ada saat ini.
Ptolemy dan Teori Geosentrik
Ptolemy (c 150AD) menyatakan bahwa semua objek bergerak relatif terhadap bumi. Dan teori ini dipercaya selama hampir 1400 tahun. Tapi teori geosentrik mempunyai kelemahan, yaitu Matahari dan Bulan bergerak dalam jejak lingkaran mengitari Bumi, sementara planet bergerak tidak teratur dalam serangkaian simpul ke arah timur. Untuk mengatasi masalah ini, Ptolemy mengajukan dua komponen gerak. Yang pertama, gerak dalam orbit lingkaran yang seragam dengan periode satu tahun pada titik yang disebut deferent. Gerak yang kedua disebut epycycle, gerak seragam dalam lintasan lingkaran dan berpusat pada deferent.
Ptolemy (c 150AD) menyatakan bahwa semua objek bergerak relatif terhadap bumi. Dan teori ini dipercaya selama hampir 1400 tahun. Tapi teori geosentrik mempunyai kelemahan, yaitu Matahari dan Bulan bergerak dalam jejak lingkaran mengitari Bumi, sementara planet bergerak tidak teratur dalam serangkaian simpul ke arah timur. Untuk mengatasi masalah ini, Ptolemy mengajukan dua komponen gerak. Yang pertama, gerak dalam orbit lingkaran yang seragam dengan periode satu tahun pada titik yang disebut deferent. Gerak yang kedua disebut epycycle, gerak seragam dalam lintasan lingkaran dan berpusat pada deferent.
Teori heliosentrik dan gereja
Nicolaus Copernicus (1473-1543) merupakan orang pertama yang secara terang-terangan menyatakan bahwa Matahari merupakan pusat sistem Tata Surya, dan Bumi bergerak mengeliinginya dalam orbit lingkaran. Untuk masalah orbit, data yang didapat Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit planet-planet. Namun ia mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan bahwa orbitnya tidak kosentrik. Teori heliosentrik disampaikan Copernicus dalam publikasinya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium kepada Paus Pope III dan diterima oleh gereja.
Nicolaus Copernicus (1473-1543) merupakan orang pertama yang secara terang-terangan menyatakan bahwa Matahari merupakan pusat sistem Tata Surya, dan Bumi bergerak mengeliinginya dalam orbit lingkaran. Untuk masalah orbit, data yang didapat Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit planet-planet. Namun ia mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan bahwa orbitnya tidak kosentrik. Teori heliosentrik disampaikan Copernicus dalam publikasinya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium kepada Paus Pope III dan diterima oleh gereja.
Tapi dikemudian hari setelah kematian Copernicus pandangan gereja berubah ketika pada akhir abad ke-16 filsuf Italy, Giordano Bruno, menyatakan semua bintang mirip dengan Matahari dan masing-masing memiliki sistem planetnya yang dihuni oleh jenis manusia yang berbeda. Pandangan inilah yang menyebabkan ia dibakar dan teori Heliosentrik dianggap berbahaya karena bertentangan dengan pandangan gereja yang menganggap manusialah yang menjadi sentral di alam semesta.
Lahirnya Hukum Kepler
Walaupun Copernicus telah menerbitkan tulisannya tentang Teori Heliosentrik, tidak semua orang setuju dengannya. Salah satunya, Tycho Brahe (1546-1601) dari Denmark yang mendukung teori matahari dan bulan mengelilingi bumi sementara planet lainnya mengelilingi matahari. Tahun 1576, Brahe membangun sebuah observatorium di pulau Hven, di laut Baltic dan melakukan penelitian disana sampai kemudian ia pindah ke Prague pada tahun 1596.
Walaupun Copernicus telah menerbitkan tulisannya tentang Teori Heliosentrik, tidak semua orang setuju dengannya. Salah satunya, Tycho Brahe (1546-1601) dari Denmark yang mendukung teori matahari dan bulan mengelilingi bumi sementara planet lainnya mengelilingi matahari. Tahun 1576, Brahe membangun sebuah observatorium di pulau Hven, di laut Baltic dan melakukan penelitian disana sampai kemudian ia pindah ke Prague pada tahun 1596.
Di Prague, Brahe menghabiskan sisa hidupnya menyelesaikan tabel gerak planet dengan bantuan asistennya Johannes Kepler (1571-1630). Setelah kematian Brahe, Kepler menelaah data yang ditinggalkan Brahe dan menemukan bahwa orbit planet tidak sirkular melainkan elliptik.
Kepler kemudian mengeluarkan tiga hukum gerak orbit yang dikenal sampai saat ini yaitu ;
- Planet bergerak dalam orbit ellips mengelilingi matahari sebagai pusat sistem.
- Radius vektor menyapu luas yang sama dalam interval waktu yang sama.
- Kuadrat kala edar planet mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata dari matahari.
Kepler menuliskan pekerjaannya dalam sejumlah buku, diantaranya adalah Epitome of The Copernican Astronomy dan segera menjadi bagian dari daftar Index Librorum Prohibitorum yang merupakan buku terlarang bagi umat Katolik. Dalam daftar ini juga terdapat publikasi Copernicus, De Revolutionibus Orbium Coelestium.
Awal mula dipakainya teleskop
Pada tahun 1608, teleskop dibuat oleh Galileo Galilei (1562-1642), .Galileo merupakan seorang professor matematika di Pisa yang tertarik dengan mekanika khususnya tentang gerak planet. Ia salah satu yang tertarik dengan publikasi Kepler dan yakin tentang teori heliosentrik. Dengan teleskopnya, Galileo berhasil menemukan satelit-satelit Galilean di Jupiter dan menjadi orang pertama yang melihat keberadaan cincin di Saturnus.
Pada tahun 1608, teleskop dibuat oleh Galileo Galilei (1562-1642), .Galileo merupakan seorang professor matematika di Pisa yang tertarik dengan mekanika khususnya tentang gerak planet. Ia salah satu yang tertarik dengan publikasi Kepler dan yakin tentang teori heliosentrik. Dengan teleskopnya, Galileo berhasil menemukan satelit-satelit Galilean di Jupiter dan menjadi orang pertama yang melihat keberadaan cincin di Saturnus.
Salah satu pengamatan penting yang meyakinkannya mengenai teori heliosentrik adalah masalah fasa Venus. Berdasarkan teori geosentrik, Ptolemy menyatakan venus berada dekat dengan titik diantara matahari dan bumi sehingga pengamat dari bumi hanya bisa melihat venus saat mengalami fasa sabit.
Tapi berdasarkan teori heliosentrik dan didukung pengamatan Galileo, semua fasa Venus bisa terlihat bahkan ditemukan juga sudut piringan venus lebih besar saat fasa sabit dibanding saat purnama. Publikasi Galileo yang memuat pemikirannya tentang teori geosentrik vs heliosentrik, Dialogue of The Two Chief World System, menyebabkan dirinya dijadikan tahanan rumah dan dianggap sebagai penentang oleh gereja.
Dasar yang diletakkan Newton
Di tahun kematian Galileo, Izaac Newton (1642-1727) dilahirkan. Bisa dikatakan Newton memberi dasar bagi pekerjaannya dan orang-orang sebelum dirinya terutama mengenai asal mula Tata Surya. Ia menyusun Hukum Gerak Newton dan kontribusi terbesarnya bagi Astronomi adalah Hukum Gravitasi yang membuktikan bahwa gaya antara dua benda sebanding dengan massa masing-masing objek dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda. Hukum Gravitasi Newton memberi penjelasan fisis bagi Hukum Kepler yang ditemukan sebelumnya berdasarkan hasil pengamatan. Hasil pekerjaannya dipublikasikan dalam Principia yang ia tulis selama 15 tahun.
Di tahun kematian Galileo, Izaac Newton (1642-1727) dilahirkan. Bisa dikatakan Newton memberi dasar bagi pekerjaannya dan orang-orang sebelum dirinya terutama mengenai asal mula Tata Surya. Ia menyusun Hukum Gerak Newton dan kontribusi terbesarnya bagi Astronomi adalah Hukum Gravitasi yang membuktikan bahwa gaya antara dua benda sebanding dengan massa masing-masing objek dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda. Hukum Gravitasi Newton memberi penjelasan fisis bagi Hukum Kepler yang ditemukan sebelumnya berdasarkan hasil pengamatan. Hasil pekerjaannya dipublikasikan dalam Principia yang ia tulis selama 15 tahun.
Teori Newton menjadi dasar bagi berbagai teori pembentukan Tata Surya yang lahir kemudian, sampai dengan tahun 1960 termasuk didalamnya teori monistik dan teori dualistik. Teori monistik menyatakan bahwa matahari dan planet berasal dari materi yang sama. Sedangkan teori dualistik menyatakan matahari dan bumi berasal dari sumber materi yang berbeda dan terbetuk pada waktu yang berbeda.
sumber : The Origin and Evolution of the Solar System (M. M. Woolfson)artikel terkait
Selasa, 15 Maret 2011
Sains
Arti :
Ilmu alam (Inggris:natural science) atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun [1].
Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11)
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni.
Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk mengenali "ilmu" sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam(biasa disingkat IPA).
Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti[2].
Di samping penggunaan secara tradisional di atas, saat ini istilah "ilmu alam" kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam pengertian sehari-hari. Dari sudut ini, "ilmu alam" dapat menjadi arti alternatif bagi biologi, terlibat dalam proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang mendasari alam semesta).
Perbedaan antara belajar sains dan menekuni Sains:
Netsains.Com – Kurangnya kegiatan dalam pembelajaran sains maupun penelitian sains di Indonesia, kelihatannya menyebabkan sangat sedikit orang yang menyadari bahwa ada perbedaan besar antara ‘Belajar Sains’ (Learning Science) dan ‘Menekuni Sains’ (Doing Science). Bahkan tidak semua orang saintis senior di Indonesia menyadari perbedaan ini.
Atau kalaupun ada yang menyadari, tidak semuanya dengan terbuka berbicara dengan calon saintis muda tentang perbedaan ini. Mungkin karena keterbatasan waktu, kesibukan lain, atau alasan sendiri-sendiri.
Menurut saya perbedaan ini sangat penting untuk diketahui para kaum muda yang tengah mempertimbangkan untuk menekuni sains ataupun yang sudah menekuninya. Disini saya mendefinisikan ’sains’ secara luas sebagai ilmu, baik itu ilmu dasar, ilmu kesehatan, ilmu rekayasa, ilmu sosial, ilmu budaya, dan lain-lain.
Perbedaan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dalam belajar sains (learning science), tujuan utama adalah penguasaan pengetahuan yang sudah ada.
Dalam menekuni sains (doing science), tujuan utama adalah menghasilkan pengetahuan baru sebagai tambahan kepada pengetahuan yang sudah ada.
Anda mungkin sudah pernah membaca atau mendengar variasi dari pernyataan di atas. Namun pada umumnya anda belum mendengar dengan detail bagaimana sebenarnya bentuk nyata dari pernyataan di atas tersebut. Kedua proses di atas saling terlibat, dimana seseorang yang tengah menekuni sains selalu telah, atau tengah mempelajari sains. Lebih lanjut, pada umumnya orang yang sukses dalam menekuni sains, juga selalu sukses dalam mempelajari sains, namun relasi yang sama tidak berlaku ke arah yang berlawanan: Belum tentu orang yang sukses dalam mempelajari sains akan sukses dalam menekuni sains. Jadi mempelajari sains adalah prasyarat untuk menekuni sains, namun bukan merupakan satu-satunya prasyarat.
Jika saat ini anda masih mahasiswa program sarjana atau magister yang tengah menjalani perkuliahan, berkutat dengan pekerjaan rumah + laporan praktikum + karya tulis + laporan kerja praktek + tugas tugas lain yang banyak, anda berada pada tahapan mempelajari sains (learning science). Sesulit dan sebanyak apa pun tugas yang anda kerjakan, anda tahu bahwa terdapat penyelesaian dan jawaban di belakang tugas-tugas perkuliahan.
Namun untuk anda yang tengah melakuan penelitian untuk menyelesaikan atau menjawab sebuah persoalan, maka anda berada pada tahapan menekuni sains (doing science). Pada tahapan ini, umumnya satu atau lebih dari point-point dibawah ini berlaku:
Tidak ada jaminan bahwa persoalan yang dihadapi memiliki penyelesaian.
Jika persoalan yang dihadapi memiliki penyelesaian, tidak ada seorang pun yang mengetahui penyelesaian di belakang persoalan yang dihadapi. Bahkan tidak seorang doktor, profesor, ataupun pemenang Hadiah Nobel.
Tidak ada jaminan bahwa cara atau teknik atau pendekatan yang dipakai untuk menyelesaikan persoalan tersebut adalah cara/teknik/pendekatan yang paling optimal.
Dalam sangat banyak kasus, penyelesaian untuk persoalan yang dihadapi memerlukan kerja yang melelahkan, tampak sangat membosankan dan tidak menarik, namun harus dilakukan jika ingin mendapatkan penyelesaian.
Terkadang, ada orang lain yang tengah menekuni persoalan yang sama, dan orang lain tersebut berhasil menyelesaikan persoalan itu lebih dahulu, dan orang itulah yang mendapat pengakuan sebagai orang pertama yang menyelesaikan persoalan yang ditekuni.
Bahkan jika pada akhirnya penyelesaian dari persoalan yang dihadapi berhasil didapatkan, belum tentu penyelesaian tersebut dinilai tinggi. Terlebih sering, penyelesaian tersebut menuntut pekerjaan lebih lanjut dan lebih dalam.
Kalau sudah membaca point-point tentang menekuni sains, mungkin ada yang berpikir “Wow. Kalau begitu menekuni sains merupakan kegiatan yang sangat berat dan menantang.” Memang betul! It is a very demanding and challenging activity. Banyak saintis senior kurang menekankan dan mengajarkan kepada calon saintis muda betapa beratnya kegiatan sains tersebut. Meski berat dan menantang, ada langkah-langkah persiapan yang bisa dilakukan calon saintis muda selama tahapan mempelajari sains agar mereka lebih siap dalam menekuni sains. Langkah-langkah persiapan tersebut sebenarnya tidak sangat sulit, dan (menurut saya) bisa dilakukan di Indonesia.
Sayangnya, sekali lagi, tidak terlalu banyak saintis senior yang mau bercerita kepada dan membimbing calon saintis muda tentang langkah-langkah tersebut. Yang sering saya lihat baik di Indonesia dan mancanegara adalah para saintis senior yang terlalu bergairah mengundang kalangan muda untuk menekuni sains, namun kurang memberikan bimbingan dan gambaran yang jujur tentang situasi yang sebenarnya tentang menekuni sains. Yang terjadi adalah: Ada banyak kalangan muda yang berbondong-bondong masuk ke program pascasarjana master dan doktor, namun kebanyakan dari mereka tidak siap dan menghadapi banyak masalah selama program pascasarjananya. Kabar mengenai masalah dalam program pascasarjana ini kemudian ditafsirkan secara negatif menjadi: studi pascasarjana sains sangat berat dan susah, sehingga akhirnya orang menjadi tidak tertarik untuk menekuni sains. Keadaan akhirnya pada akhirnya merupakan titik keseimbangan antara faktor positif dari antusiasme, promosi, dan undangan untuk menekuni sains, dan faktor negatif karena kurangnya bimbingan saintis senior kepada calon saintis muda tentang situasi sebenarnya dalam menekuni sains. Menurut saya, jika faktor negatif dapat dikurangi dengan meningkatkan bimbingan dan memberikan pandangan yang jujur kepada calon saintis muda tentang menekuni sains, kondisi akhirnya adalah calon saintis muda lebih siap untuk masuk ke dalam program pascasarjana dan menekuni sains. Mereka juga akan menjadi lebih produktif dan efektif selama masa belajar di program pascasarjana, sehingga bisa diharapkan untuk menghasilkan lebih banyak karya sains.
Mungkin ada juga yang sudah membaca namun masih belum yakin atau mengerti, saya akan memberikan beberapa contoh dan analogi untuk membandingkan antara mempelajari sains dan menekuni sains. Mengenai langkah-langkah persiapan calon saintis muda untuk menekuni sains, dan contoh untuk membandingkan antara mempelajari sains dan menekuni sains, akan dibahas pada bagian selanjutnya dari seri tulisan ini.
Ilmu alam (Inggris:natural science) atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun [1].
Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11)
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni.
Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk mengenali "ilmu" sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam(biasa disingkat IPA).
Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti[2].
Di samping penggunaan secara tradisional di atas, saat ini istilah "ilmu alam" kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam pengertian sehari-hari. Dari sudut ini, "ilmu alam" dapat menjadi arti alternatif bagi biologi, terlibat dalam proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang mendasari alam semesta).
Perbedaan antara belajar sains dan menekuni Sains:
Netsains.Com – Kurangnya kegiatan dalam pembelajaran sains maupun penelitian sains di Indonesia, kelihatannya menyebabkan sangat sedikit orang yang menyadari bahwa ada perbedaan besar antara ‘Belajar Sains’ (Learning Science) dan ‘Menekuni Sains’ (Doing Science). Bahkan tidak semua orang saintis senior di Indonesia menyadari perbedaan ini.
Atau kalaupun ada yang menyadari, tidak semuanya dengan terbuka berbicara dengan calon saintis muda tentang perbedaan ini. Mungkin karena keterbatasan waktu, kesibukan lain, atau alasan sendiri-sendiri.
Menurut saya perbedaan ini sangat penting untuk diketahui para kaum muda yang tengah mempertimbangkan untuk menekuni sains ataupun yang sudah menekuninya. Disini saya mendefinisikan ’sains’ secara luas sebagai ilmu, baik itu ilmu dasar, ilmu kesehatan, ilmu rekayasa, ilmu sosial, ilmu budaya, dan lain-lain.
Perbedaan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dalam belajar sains (learning science), tujuan utama adalah penguasaan pengetahuan yang sudah ada.
Dalam menekuni sains (doing science), tujuan utama adalah menghasilkan pengetahuan baru sebagai tambahan kepada pengetahuan yang sudah ada.
Anda mungkin sudah pernah membaca atau mendengar variasi dari pernyataan di atas. Namun pada umumnya anda belum mendengar dengan detail bagaimana sebenarnya bentuk nyata dari pernyataan di atas tersebut. Kedua proses di atas saling terlibat, dimana seseorang yang tengah menekuni sains selalu telah, atau tengah mempelajari sains. Lebih lanjut, pada umumnya orang yang sukses dalam menekuni sains, juga selalu sukses dalam mempelajari sains, namun relasi yang sama tidak berlaku ke arah yang berlawanan: Belum tentu orang yang sukses dalam mempelajari sains akan sukses dalam menekuni sains. Jadi mempelajari sains adalah prasyarat untuk menekuni sains, namun bukan merupakan satu-satunya prasyarat.
Jika saat ini anda masih mahasiswa program sarjana atau magister yang tengah menjalani perkuliahan, berkutat dengan pekerjaan rumah + laporan praktikum + karya tulis + laporan kerja praktek + tugas tugas lain yang banyak, anda berada pada tahapan mempelajari sains (learning science). Sesulit dan sebanyak apa pun tugas yang anda kerjakan, anda tahu bahwa terdapat penyelesaian dan jawaban di belakang tugas-tugas perkuliahan.
Namun untuk anda yang tengah melakuan penelitian untuk menyelesaikan atau menjawab sebuah persoalan, maka anda berada pada tahapan menekuni sains (doing science). Pada tahapan ini, umumnya satu atau lebih dari point-point dibawah ini berlaku:
Tidak ada jaminan bahwa persoalan yang dihadapi memiliki penyelesaian.
Jika persoalan yang dihadapi memiliki penyelesaian, tidak ada seorang pun yang mengetahui penyelesaian di belakang persoalan yang dihadapi. Bahkan tidak seorang doktor, profesor, ataupun pemenang Hadiah Nobel.
Tidak ada jaminan bahwa cara atau teknik atau pendekatan yang dipakai untuk menyelesaikan persoalan tersebut adalah cara/teknik/pendekatan yang paling optimal.
Dalam sangat banyak kasus, penyelesaian untuk persoalan yang dihadapi memerlukan kerja yang melelahkan, tampak sangat membosankan dan tidak menarik, namun harus dilakukan jika ingin mendapatkan penyelesaian.
Terkadang, ada orang lain yang tengah menekuni persoalan yang sama, dan orang lain tersebut berhasil menyelesaikan persoalan itu lebih dahulu, dan orang itulah yang mendapat pengakuan sebagai orang pertama yang menyelesaikan persoalan yang ditekuni.
Bahkan jika pada akhirnya penyelesaian dari persoalan yang dihadapi berhasil didapatkan, belum tentu penyelesaian tersebut dinilai tinggi. Terlebih sering, penyelesaian tersebut menuntut pekerjaan lebih lanjut dan lebih dalam.
Kalau sudah membaca point-point tentang menekuni sains, mungkin ada yang berpikir “Wow. Kalau begitu menekuni sains merupakan kegiatan yang sangat berat dan menantang.” Memang betul! It is a very demanding and challenging activity. Banyak saintis senior kurang menekankan dan mengajarkan kepada calon saintis muda betapa beratnya kegiatan sains tersebut. Meski berat dan menantang, ada langkah-langkah persiapan yang bisa dilakukan calon saintis muda selama tahapan mempelajari sains agar mereka lebih siap dalam menekuni sains. Langkah-langkah persiapan tersebut sebenarnya tidak sangat sulit, dan (menurut saya) bisa dilakukan di Indonesia.
Sayangnya, sekali lagi, tidak terlalu banyak saintis senior yang mau bercerita kepada dan membimbing calon saintis muda tentang langkah-langkah tersebut. Yang sering saya lihat baik di Indonesia dan mancanegara adalah para saintis senior yang terlalu bergairah mengundang kalangan muda untuk menekuni sains, namun kurang memberikan bimbingan dan gambaran yang jujur tentang situasi yang sebenarnya tentang menekuni sains. Yang terjadi adalah: Ada banyak kalangan muda yang berbondong-bondong masuk ke program pascasarjana master dan doktor, namun kebanyakan dari mereka tidak siap dan menghadapi banyak masalah selama program pascasarjananya. Kabar mengenai masalah dalam program pascasarjana ini kemudian ditafsirkan secara negatif menjadi: studi pascasarjana sains sangat berat dan susah, sehingga akhirnya orang menjadi tidak tertarik untuk menekuni sains. Keadaan akhirnya pada akhirnya merupakan titik keseimbangan antara faktor positif dari antusiasme, promosi, dan undangan untuk menekuni sains, dan faktor negatif karena kurangnya bimbingan saintis senior kepada calon saintis muda tentang situasi sebenarnya dalam menekuni sains. Menurut saya, jika faktor negatif dapat dikurangi dengan meningkatkan bimbingan dan memberikan pandangan yang jujur kepada calon saintis muda tentang menekuni sains, kondisi akhirnya adalah calon saintis muda lebih siap untuk masuk ke dalam program pascasarjana dan menekuni sains. Mereka juga akan menjadi lebih produktif dan efektif selama masa belajar di program pascasarjana, sehingga bisa diharapkan untuk menghasilkan lebih banyak karya sains.
Mungkin ada juga yang sudah membaca namun masih belum yakin atau mengerti, saya akan memberikan beberapa contoh dan analogi untuk membandingkan antara mempelajari sains dan menekuni sains. Mengenai langkah-langkah persiapan calon saintis muda untuk menekuni sains, dan contoh untuk membandingkan antara mempelajari sains dan menekuni sains, akan dibahas pada bagian selanjutnya dari seri tulisan ini.
Langganan:
Postingan (Atom)