Selasa, 15 Maret 2011

Sains

Arti  :
Ilmu alam (Inggris:natural science) atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun [1].
Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11)
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni.
Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk mengenali "ilmu" sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam(biasa disingkat IPA).
Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti[2].
Di samping penggunaan secara tradisional di atas, saat ini istilah "ilmu alam" kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam pengertian sehari-hari. Dari sudut ini, "ilmu alam" dapat menjadi arti alternatif bagi biologi, terlibat dalam proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang mendasari alam semesta).

Perbedaan antara belajar sains dan menekuni Sains:
Netsains.Com – Kurangnya kegiatan dalam pembelajaran sains maupun penelitian sains di Indonesia, kelihatannya menyebabkan sangat sedikit orang yang menyadari bahwa ada perbedaan besar antara ‘Belajar Sains’ (Learning Science) dan ‘Menekuni Sains’ (Doing Science). Bahkan tidak semua orang saintis senior di Indonesia menyadari perbedaan ini.
Atau kalaupun ada yang menyadari, tidak semuanya dengan terbuka berbicara dengan calon saintis muda tentang perbedaan ini. Mungkin karena keterbatasan waktu, kesibukan lain, atau alasan sendiri-sendiri.
Menurut saya perbedaan ini sangat penting untuk diketahui para kaum muda yang tengah mempertimbangkan untuk menekuni sains ataupun yang sudah menekuninya. Disini saya mendefinisikan ’sains’ secara luas sebagai ilmu, baik itu ilmu dasar, ilmu kesehatan, ilmu rekayasa, ilmu sosial, ilmu budaya, dan lain-lain.
Perbedaan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dalam belajar sains (learning science), tujuan utama adalah penguasaan pengetahuan yang sudah ada.
Dalam menekuni sains (doing science), tujuan utama adalah menghasilkan pengetahuan baru sebagai tambahan kepada pengetahuan yang sudah ada.
Anda mungkin sudah pernah membaca atau mendengar variasi dari pernyataan di atas. Namun pada umumnya anda belum mendengar dengan detail bagaimana sebenarnya bentuk nyata dari pernyataan di atas tersebut. Kedua proses di atas saling terlibat, dimana seseorang yang tengah menekuni sains selalu telah, atau tengah mempelajari sains. Lebih lanjut, pada umumnya orang yang sukses dalam menekuni sains, juga selalu sukses dalam mempelajari sains, namun relasi yang sama tidak berlaku ke arah yang berlawanan: Belum tentu orang yang sukses dalam mempelajari sains akan sukses dalam menekuni sains. Jadi mempelajari sains adalah prasyarat untuk menekuni sains, namun bukan merupakan satu-satunya prasyarat.
Jika saat ini anda masih mahasiswa program sarjana atau magister yang tengah menjalani perkuliahan, berkutat dengan pekerjaan rumah + laporan praktikum + karya tulis + laporan kerja praktek + tugas tugas lain yang banyak, anda berada pada tahapan mempelajari sains (learning science). Sesulit dan sebanyak apa pun tugas yang anda kerjakan, anda tahu bahwa terdapat penyelesaian dan jawaban di belakang tugas-tugas perkuliahan.
Namun untuk anda yang tengah melakuan penelitian untuk menyelesaikan atau menjawab sebuah persoalan, maka anda berada pada tahapan menekuni sains (doing science). Pada tahapan ini, umumnya satu atau lebih dari point-point dibawah ini berlaku:
Tidak ada jaminan bahwa persoalan yang dihadapi memiliki penyelesaian.
Jika persoalan yang dihadapi memiliki penyelesaian, tidak ada seorang pun yang mengetahui penyelesaian di belakang persoalan yang dihadapi. Bahkan tidak seorang doktor, profesor, ataupun pemenang Hadiah Nobel.
Tidak ada jaminan bahwa cara atau teknik atau pendekatan yang dipakai untuk menyelesaikan persoalan tersebut adalah cara/teknik/pendekatan yang paling optimal.
Dalam sangat banyak kasus, penyelesaian untuk persoalan yang dihadapi memerlukan kerja yang melelahkan, tampak sangat membosankan dan tidak menarik, namun harus dilakukan jika ingin mendapatkan penyelesaian.
Terkadang, ada orang lain yang tengah menekuni persoalan yang sama, dan orang lain tersebut berhasil menyelesaikan persoalan itu lebih dahulu, dan orang itulah yang mendapat pengakuan sebagai orang pertama yang menyelesaikan persoalan yang ditekuni.
Bahkan jika pada akhirnya penyelesaian dari persoalan yang dihadapi berhasil didapatkan, belum tentu penyelesaian tersebut dinilai tinggi. Terlebih sering, penyelesaian tersebut menuntut pekerjaan lebih lanjut dan lebih dalam.
Kalau sudah membaca point-point tentang menekuni sains, mungkin ada yang berpikir “Wow. Kalau begitu menekuni sains merupakan kegiatan yang sangat berat dan menantang.” Memang betul! It is a very demanding and challenging activity. Banyak saintis senior kurang menekankan dan mengajarkan kepada calon saintis muda betapa beratnya kegiatan sains tersebut. Meski berat dan menantang, ada langkah-langkah persiapan yang bisa dilakukan calon saintis muda selama tahapan mempelajari sains agar mereka lebih siap dalam menekuni sains. Langkah-langkah persiapan tersebut sebenarnya tidak sangat sulit, dan (menurut saya) bisa dilakukan di Indonesia.
Sayangnya, sekali lagi, tidak terlalu banyak saintis senior yang mau bercerita kepada dan membimbing calon saintis muda tentang langkah-langkah tersebut. Yang sering saya lihat baik di Indonesia dan mancanegara adalah para saintis senior yang terlalu bergairah mengundang kalangan muda untuk menekuni sains, namun kurang memberikan bimbingan dan gambaran yang jujur tentang situasi yang sebenarnya tentang menekuni sains. Yang terjadi adalah: Ada banyak kalangan muda yang berbondong-bondong masuk ke program pascasarjana master dan doktor, namun kebanyakan dari mereka tidak siap dan menghadapi banyak masalah selama program pascasarjananya. Kabar mengenai masalah dalam program pascasarjana ini kemudian ditafsirkan secara negatif menjadi: studi pascasarjana sains sangat berat dan susah, sehingga akhirnya orang menjadi tidak tertarik untuk menekuni sains. Keadaan akhirnya pada akhirnya merupakan titik keseimbangan antara faktor positif dari antusiasme, promosi, dan undangan untuk menekuni sains, dan faktor negatif karena kurangnya bimbingan saintis senior kepada calon saintis muda tentang situasi sebenarnya dalam menekuni sains. Menurut saya, jika faktor negatif dapat dikurangi dengan meningkatkan bimbingan dan memberikan pandangan yang jujur kepada calon saintis muda tentang menekuni sains, kondisi akhirnya adalah calon saintis muda lebih siap untuk masuk ke dalam program pascasarjana dan menekuni sains. Mereka juga akan menjadi lebih produktif dan efektif selama masa belajar di program pascasarjana, sehingga bisa diharapkan untuk menghasilkan lebih banyak karya sains.
Mungkin ada juga yang sudah membaca namun masih belum yakin atau mengerti, saya akan memberikan beberapa contoh dan analogi untuk membandingkan antara mempelajari sains dan menekuni sains. Mengenai langkah-langkah persiapan calon saintis muda untuk menekuni sains, dan contoh untuk membandingkan antara mempelajari sains dan menekuni sains, akan dibahas pada bagian selanjutnya dari seri tulisan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar